masukkan script iklan disini
Mataram - Suhu politik menuju Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTB 2024 kian hangat. Sejumlah tokoh politik blak-blakan menyatakan kesiapannya maju berebut kursi NTB 1. Setidaknya ada sembilan tokoh politik masuk radar tampil dalam kontestasi pertarungan menjadi orang nomor satu di Bumi Gora -sebutan untuk NTB-. Sembilan nama tersebut juga diketahui telah mulai saling melakukan penjajakan.
Nama-nama tersebut diisi Gubernur-Wakil Gubernur NTB periode 2018-2023, bupati aktif, mantan bupati, hingga eks duta besar.
Pengamat Politik Univeristas Islam Negeri (UIN) Mataram Ihsan Hamid melihat calon kepala daerah (cakada) punya waktu yang relatif singkat untuk melakukan kerja-kerja politik demi meningkatkan elektabilitas. Ihsan melihat kalender Pilkada Serentak 2024 tak memberikan waktu yang cukup luas kepada para cakada.
"Sampai minimal hari ini konsentrasi orang (tokoh politik maupun partai politik) dikerahkan seluruhnya ke pilpres dan pileg. Belum banyak yang saya lihat bicara terbuka soal pilkada, meski beberapa sudah memulai," kata Ihsan, Selasa (5/3/2024).
Kalender pemilu yang berdekatan itu, menurut Ihsan, memuat pesan problematis bagi para cakada. Untuk itu, Ihsan berpesan bahwa para cakada ini harus memulai kerja-kerja politiknya. Tidak boleh hanya sekadar berpangku tangan menunggu pilpres dan pileg selesai.
"Memang pengamatan saya, para figur ini sudah mulai bergerak. Kalau bicara timing, memang harus sudah dimulai secara paralel bersama tim untuk menjangkau simpul-simpul masyarakat," terangnya.
"Kerja cakada harus masif juga, branding personal. Perkuat silaturahmi dengan simpul tokoh. Membangun basis dengan atraksi personal, dan beberapa orang di antara yang sembilan ini sudah mulai," terangnya.
Lebih jauh, soal komposisi siapa berpasangan dengan siapa, menurut Ihsan memang akan mulai serius dibahas usai melihat hasil Pileg 2024 mendatang. Berapa dan di mana sebaran raihan kursi DPRD setiap parpol.
"Sekarang masih dinamis, mungkin baru sebatas penjajakan di pembicaraan di 'bawah meja' kalau soal komposisi (pasangan)," jelasnya.
Dua hal lain yang juga menurut Ihsan bisa berperan dalam penentuan komposisi pasangan ini adalah potret survei elektabilitas masing-masing cakada. Dan tentu juga peran para 'king maker' yang juga strategis.
"Intinya, dengan limit waktu yang tersedia, para figur ini sudah harus mulai menunjukkan keseriusannya jika benar-benar ingin bertarung di Pilgub NTB 2024," jelasnya.
"Sampai minimal hari ini konsentrasi orang (tokoh politik maupun partai politik) dikerahkan seluruhnya ke pilpres dan pileg. Belum banyak yang saya lihat bicara terbuka soal pilkada, meski beberapa sudah memulai," kata Ihsan, Selasa (5/3/2024).
Kalender pemilu yang berdekatan itu, menurut Ihsan, memuat pesan problematis bagi para cakada. Untuk itu, Ihsan berpesan bahwa para cakada ini harus memulai kerja-kerja politiknya. Tidak boleh hanya sekadar berpangku tangan menunggu pilpres dan pileg selesai.
"Memang pengamatan saya, para figur ini sudah mulai bergerak. Kalau bicara timing, memang harus sudah dimulai secara paralel bersama tim untuk menjangkau simpul-simpul masyarakat," terangnya.
"Kerja cakada harus masif juga, branding personal. Perkuat silaturahmi dengan simpul tokoh. Membangun basis dengan atraksi personal, dan beberapa orang di antara yang sembilan ini sudah mulai," terangnya.
Lebih jauh, soal komposisi siapa berpasangan dengan siapa, menurut Ihsan memang akan mulai serius dibahas usai melihat hasil Pileg 2024 mendatang. Berapa dan di mana sebaran raihan kursi DPRD setiap parpol.
"Sekarang masih dinamis, mungkin baru sebatas penjajakan di pembicaraan di 'bawah meja' kalau soal komposisi (pasangan)," jelasnya.
Dua hal lain yang juga menurut Ihsan bisa berperan dalam penentuan komposisi pasangan ini adalah potret survei elektabilitas masing-masing cakada. Dan tentu juga peran para 'king maker' yang juga strategis.
"Intinya, dengan limit waktu yang tersedia, para figur ini sudah harus mulai menunjukkan keseriusannya jika benar-benar ingin bertarung di Pilgub NTB 2024," jelasnya.